Kekesalan

tak ada yang bisa ditebak apa yang ada di kepalanya

sungguh memuakkan dan sungguh menjijikkan

betapa tidak, aku berusaha mengumpulkannya dan memberikan kepada yang membutuhkan

namun hilang semuanya

sungguh menyebalkan

dan sungguh tidak punya etika,

entahlah apakah mereka pernah diajari didalam rumah

tentang bagaimana mereka tidak boleh mengambil yang bukan miliknya

sungguh menjijikkan

SENJA

hujan di senja hari

hujan di senja hari

Aku memandangi langit yang masih basah dengan derasnya air hujan.Pandanganku tertuju pada air yang menetes dengan derasnya diiringi gelap langit menandakan kesedihant uannya.Entah apa yang ada pada pikiranku, aku ingin sekali berteriak, tidak…tidak hanya berteriak tapi aku juga ingin mencaci diriku ini. Bagaimana tidak,  aku terlahir kedunia karena keinginan mereka, tapi nyatanya aku tidak pernah dianggapnya.Sakit, jelas itu sakit bagiku.Tak terasa air mata ini juga turun dengan derasnya seperti air hujan senja ini.Tapi pandanganku kini teralih pada gadis kecil dengan payung orangenya.Jika dilihat dia baru berumur 8 tahun. Dia berlari kegirangan dan tertawa senang.Aku yang melihatnya iri padanya, dia tersenyum bahagia, tapi aku disini begitu menyesali nasibku.Tapi tunggu, dimana orang tuanya?Apa mereka tidak mencari anak itu, atau jangan–jangan anak itu hantu? Ah..mungkin itu khayalanku saja, karena aku ingin kembali pada masa laluku. Dimana orangtuaku sangat menyayangiku dan memperhatikanku. Sungguh aku merindukan momen itu. Tapi kenapa kalau itu hanya khayalanku, anak kecil itu juga tidak pergi.Dia masih bermain air hujan yang semakin deras dengan riangnya.Kenapa orang tuanya tidak memanggilnya pulang?Siapa anak itu?Tapi apa peduliku, toh dia bukan adikku. Aku tak melihatnya lagi, mungkin anak kecil itu telah pergi.Kini giliranku yang masih diselimuti air mata.

Langit senja yang tidak memancarkan cahayanya karena tertutup awan gelap.Kini bertambah semakin gelap.Dan tak terasa mataku telahmenutup, walaupun aku masih menangis.Kini aku tertidur, dan berharap aku tidak pernah melihat hari esok.Itulah keinginanku.Namun ketika membuka mata, aku masih hidup.Tentu sangat menyebalkan.Kenapa Kau beri aku hidupTuhan?Aku ingin mati.Itulah doaku sepanjang hari, aku tidaki ngin melihat mereka,aku tidak ingin pulang. Sebegitunya aku putus asa kah?Hingga aku selalu berbuat hal yang tidak pernah ku inginkan.Ya hari itu aku bunuh diri dengan menyilet urat nadi pada pergelangantanganku.Tapi apa yang terjadi, mereka menangis dan membawaku ke rumah sakit.Untuk apa kalian menangis? Bukankah kalian senang jika aku pergi.Dan untuk apa kau membawaku kemari. Aku benar–benar benci semua ini.Kini aku berada di rumah sakit dan ayah ibuku bergiliran menjagaku, tapi yang pasti ibukulah yang selalu ada disampingku.Dia selalu menangis dan berkata maaf padaku, sungguh aku tak ingin melihatnya menangis.Ku mohon berhentilah menangis.

Hari ini aku telah pulang ke rumahku, setelah aku dirawat dirumah sakit dan setelah itu aku lebih memilih tinggal bersama kakek dan nenekku. . Kini hujan pun turun, menyambut kepulanganku.Aku pun lebih memilih melihat air itu turun.Dan pandanganku tiba-tiba pada anak kecil berpayung orange, aku benar-benar heran dengannya.

Aku lebih memilih keluar, dan menemuinya.Penasaranku jauh lebih kuat dari apapun.Saat kulihat anak kecil itu, dia begitu manis, senyumnyalah yang membuat dia semakin manis. Saat aku menyapanya, dia tidak mendengarku.Menoleh pun tidak. Benar – benar gadis kecil yang aneh pikirku. (bersambung)

cerita pendekku

diriku

diriku

Setiap waktu yang berputar akan selalu berharga bagi siapa pun yang masih bernafas. Mereka akan mengerjar waktu itu agar waktu tidak membuatnya frustasi. Hal ini juga lah yang berlaku untukku. Bagaimana tidak diusiaku yang ke 25 tahun ini masih banyak waktu yang kubuang begitu saja, entah karena memikirkan 1 hal ataupun membuat rencana – rencana yang terkadang belum bisa terwujud. Namaku Septia itu bukan nama yang sebenarnya, meskipun aku menyukai nama itu. Aku lahir di keluarga menengah kebawah, tetapi semangat ayahku untuk membuat anak – anaknya berhasil patut untuk diacungi jempol. Mereka tidak mengeluh karna harta mereka habis untuk anak- anaknya. Semua itu hanya untuk anak kata ayahku.Ya, itulah ayahku. Sehingga aku bisa berdiri, sebenarnya aku belum bisa berdiri sepenuhnya, butuh waktu untuk beberapa tahun kedepan agar aku berdiri. Terlepas dari semua itu, aku ingin menikmati kehidupanku sendiri tanpa terusik sebuah komentar dari masyarakat.Bahkan ejekan dari mereka terkadang aku pikirkan namun apa peduliku terhadap omongan mereka. Usia 25 bukanlah usia muda lagi, aku benar – benar frustasi dengan semua itu. Kau tahu di usia segini teman – temanmu bahkan sahabatmu telah menikah, atau memiliki anak bahkan ada juga yang berkutat pada karir atau pendidikan masternya bahkan pendidikan doktornya. Dan disini saya berkutat pada sebuah blog heheeeee ^_^. Tapi setidaknya bisa menghiburku dikala aku sedih atau bosan karena rutinitasku.Mungkin itu saja dulu cerita yang membosankan ini. Terima kasih

renungan

aku terbangun ketika turun hujan

bahkan aku belum sadar akan artinya hujan untuk hidup ku

melihatnya turunnya hujan yang begitu deras hanya membuat ku berpikir

bagaimana hujan turun dan kemana mereka menghilang

begitu juga dengan hidup ku

aku belum tahu kemana aku harus melangkah dan memulainya